Semilir angin malam menyejukkan relungku. Malam itu aku sedang berada di salah satu yayasan anak yatim piatu.
Aku dan teman-teman sedang mengadakan acara recrutment kader baru. Sejenak setelah makan, aku keluar dan duduk diteras lantai dua asrama, gedung nya luas, menurut perkiraan ku asrama itu punya 50 kamar tidur, 10 kamar mandi,1 ruang makan,1 aula besar, 1 ruang olahraga dan sebagainya. Gedung berlantai dua yang cukup apik menurutku.
Teman-temanku memasuki ruang aula, karena penyampaian materi untuk kader baru akan dimulai. Aku diluar saja, cari angin, lagian, makanan pun belum nyampe ke usus, masih di tenggorokan. Hahaha.
Tiba-tiba dua orang bocah umur 7 tahun menghampiriku. Andri, Fadi, itulah nama bocah-bocah tersebut. Kurus, hitam manis, lugu, ramah, itulah kesan yang kudapati.
"Nama abang siapa?" tanya Andri padaku.
Aku tersenyum sembari memperkenalkan diri. Tidak butuh waktu lama bagi kami untuk akrab. Mereka duduk disampingku. Kami bercerita banyak hal, dari yang bersifat umum hingga privasi.
Tahukah kalian? Kupikir mereka anak kampung sekitar sini yang sesat ke komplek ini. Tebakan ku salah. Andri bocah tsunami dari Simeulue. Fadi dari Meulaboh.
"Orang tua kami hilang sewaktu tsunami" cerita bocah-bocah tersebut.
Aku pun bingung. Kalo umur mereka sekarang ini 7 tahun, mereka umur berapa sewaktu tsunami? Ah, tak perlu kutanyakan, aku takut bisa merobek situasi senda gurau kami. Ah, jujur kawan, tak sanggup kutahan bulir-bulir di mataku melihat bocah-bocah lugu ini. Sesak dadaku, tanpa orang tua, tanpa sanak famili, tanpa kasih sayang yang berarti dimasa pertumbuhan sekarang ini.
Mereka hidup mandiri, kutanyakan sama Andri,
"Baju Andri siapa yang cuciin?"
"Kami cuci sendri bang"
"Setrika?"
"Kami ga pernah menyetrika. Baju kalo udah cuci, kami lipat, kami taruh di bawah kasur." Celoteh mereka.
Ah, tak kuasa ku membayangkan. Kupeluk si andri. Kepala pelotos ini haus akan kasih sayang.
Aghh,,,,, ;(
-
Lalu aku masuk ke kamar, kusuruh mereka menunggu sejenak. Kuambil lap top dan modem ku. Aku keluar, mereka menayakan barang yang kubawa. Kujawab dengan senyuman. Setlah ku pencet tombol log in, modem terconnect, kubuka web browsing. Si google ku open, kunampakkan gambar-gambar kepada mereka. Mereka tampak semangat melihat gambar-gambar yang ku browse.
Ku jelajahi dunia, ku ceritakan apa itu tata surya, alam, bumi, dinosaurus, Indonesia, Banda Aceh sampai ke Simeulue kampungnya bocah Andri. Hehe.
Ketika kunampakkan Simeulue,
"Iii... kecil nya bang.." sambil terkekeh kekeh Andri berkata padaku.
Aku hanya tersenyum. Rupanya penghuni lain menghampiriku. Hehe, kebanyakan sudah SMP dan SMA. Mereka juga yatim piatu. Yang masih SD cuma mereka bedua. Tak heran, mereka sering jadi objek kriminal abang-abang leting nya.
Pernah sekali, ketika aku shalat subuh, kudengar teriakan 2 bocah ini disiksa abang-abang leting nya karena mengganggu mereka. Bukan mengganggu sih, lebih tepat nya bangunin abang-abang letingnya untuk shalat subuh.
Kembali ke pembahasan.
Teras tampak ramai. Mereka mengelilingiku, melihat layar dengan antusias. Aku melanjutkan cerita. Kuceritakan kejadian-kejadian yang ada di luar sana, Iraq, Afghanistan, Turki, Iran, Palestina. Kuberitahu mereka tentang bom yang menghancurkan dan mematikan. Bom atom, bom cluster, rpg dan lain-lain. Mereka tampak serius mendengarnya, dan aku semakin membara-bara menjelaskannya.
Selang beberapa waktu, aku terus nge-search gambar-gambar yang lain. Para 'peserta' diam larut dalam kekhusyukan.
"Hebat ya." Seru Andri.
"Iya, disini ada semua." Jawabku.
"Justin biber ada bang?" Tanya Fadli. Sontak semua tertawa. Akupun tak mampu menahan tawa.
Fadli juga yatim piatu. Remaja berumur 15 tahun, asal Takengon. Aku melihat nya agak sedikit feminim dan tebakan ku benar. Teman-temannya manggil dia 'banci'. Hehe, ada-ada aja.
Jam menunjukkan angka 10. Kututup kelas tak terduga ini, kusuruh mereka tidur, tampak mereka begitu kecewa, tapi apa daya, sudah jam tidur untuk bocah-bocah.
-
Ketika semua bubar, Andri dan Fadri menghampiriku. Kutanyakan kenapa belum tidur mereka mau main kelereng dulu. Kusuruh mereka tidur, mereka ajak aku join bareng mereka main klereng.
Ah, bocil.
(Rinduku pada kalian tak tertahankan....)
Kami pun bermain kelereng. Aku larut. Larut dalam keceriaan.
-
Tak sanggup kubendung airmata bila ku ingat mereka.
Do'aku untuk sahabat kecilku itu.
Berfaedah Dari Catatan Berdebu Sang Kakak.

0 Comments