ESSAY: LANDASAN 5M UPAYA KRISTALISASI IMAN SEBAGAI ROLE MODEL PEMUDA MILENIAL

Landasan 5M
Upaya Kristalisasi Iman  
Sebagai Role Model Pemuda Milenial
Oleh: Wafi Shiddiq

Tragedi nol karakter, demikian fenomena sosial yang muncul di negeri ini bahkan mendunia. Nol karakter terlihat jelas melalui media masa semakin mengkhawatirkan. Fenomena penyelesaian masalah melalui kekerasan seakan sudah umum terjadi terutama pada generasi milenial. Karakter terbentuk dengan adanya iman yang tertancap kuat di dalam hati. Salah satu usaha yang dapat dilakukan pemuda sebagai generasi pembawa panji perjuangan agama dan bangsa untuk mewujudkan generasi milenial yang islami adalah dengan kristalisasi iman dengan landasan 5M yang digunakan sebagai role model pemuda lainnya. Landasan 5M antara lain membaca, mengembangkan, mengamalkan, memberikan dan mengajak. Wahyu yang pertama kali turun berkontekstual ilmu yang diawali dengan perintah membaca dengan mengilmui karakter, mengembangkan karakter dalam dirinya, mengamalkan secara konsisten karakter dalam kesehariannya, memberikan teladan kepada orang lain dan mengajak masyarakat untuk mengembangkan karakter yang baik untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 ini melalui dakwah alokatif.


Landasan 5 M Upaya Kristalisasi Iman Sebagai Role Model Pemuda Milenial

Tragedi nol karakter, demikian fenomena sosial yang muncul di negeri ini bahkan mendunia. Nol karakter terlihat jelas melalui media masa semakin mengkhawatirkan. Fenomena penyelesaian masalah melalui kekerasan seakan sudah umum terjadi terutama pada generasi milenial. Berbicara tentang milenial, kita harus memahami istilah milenial terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, milenial diartikan generasi yang lahir di antara tahun 1980-an dan 2000-an. Lyons (dalam Putra, 2016) memahami generasi milenial sebagai generasi Y dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993.  Dengan demikian generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook, instagram dan twitter, dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming, kehidupan generasi tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi.
Smartphone sebagai pintu gerbang menuju dunia tanpa batas internet, telah disalahgunakan sebagai alat untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma. Bagi generasi milenial, media sosial sudah seperti buku diary nya. Putus sudah urat malu untuk mengunggah foto-foto atau tulisan yang privasi sekalipun. Disisi lain keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka tak heran terjadi kasus pelecehan seksual yang bermula dari media sosial, penculikan yang berkedok hubungan asmara, hingga peredaran narkoba melalui jejaring media sosial, dan masih ada kasus-kasus yang lainnya.
Untuk menerapkan landasan 5M, kita perlu memahami istilah karakter terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Donie Koesumo A. memahami karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima oleh lingkungan (Muslich: 2011). Dengan demikian, karakter merupakan watak atau kepribadian seseorang dan dapat dibentuk dari lingkungan. Peradaban islam sudah berdealektika sangat panjang. Saat bangsa Eropa berada di dalam abad kegelapan (Dark Ages) atau abad pertengahan (Middle Ages), Islam sudah kokoh berdiri dengan peradabannya pada Abad ke-7 Masehi di Afrika Utara dan Timur Tengah. Islam begitu jaya dalam berbagai dinamika global. Islam sangat maju dalam berbagai perkembangan dunia, termasuk ilmu pengetahuan yang telah digali untuk perdamaian umat manusia. Sehingga Islam menyebar dengan pesat dan keterimaannya merata di berbagai belahan dunia.
            Sudah seharusnya dalam membentuk sebuah generasi sangat berpengaruh dengan perkembangan pemuda. Dalam beberapa dekade terakhir pemuda islam kehilangan arah dalam menentukan masa depan agamisnya. Penulis melihat dari sisi yang beragam dan mendapati bahwa para pemuda kehilangan tokoh dan teladan yang membimbing arah peradaban yang sedang dijalani. Para milenial mampu berkembang lebih pesat dengan adanya role model yang islami. Bermula dari kehilangan role model, memicu mencairnya iman sehingga membutuhkan role model dalam keseharian. 
Sebagai pengarah generasi kedepannya pemuda milenial harus mengatur langkah dan usaha dari sekarang untuk mewujudkan generasi milenial sekarang dan nanti. Apa usaha nyata yang bisa dapat dilakukan oleh pemuda untuk mewujudkan generasi milenial yang berkarakter islami? Peran yang bisa dilakukan yaitu mewujudkan landasan 5M untuk mengkristalisasi iman. Pertama, mampu membaca karakter diri sendiri dan orang lain dan menyadari pentingnya karakter. Pemuda muslim harus menyadari berapa pentingnya karakter dan mengetahui akibat apabila karakter yang baik tidak ada dalam dirinya. Kedua, mengembangkan karakter dalam dirinya. Setelah sadar akan kedua hal di atas, seorang pemuda memiliki kewajiban untuk mengembangkan dan terus memupuk karakter dalam dirinya. Banyak nilai-nilai luhur yang bisa dikembangkan, antara lain kejujuran, kerja keras, keberanian, kepedulian, menghargai perbedaan, menjaga lingkungan, menghormati orang lain, memegang amanah, bersikap sopan santun, percaya diri, rajin, dan sebagainya. Ketiga, mengamalkan secara konsisten karakter yang baik tersebut dalam keseharian. Sadar dan mengembangkan karakter yang baik saja tidak cukup jika karakter tersebut tidak melekat secara tetap dalam diri pemuda. Oleh karena itu, karakter yang baik harus diamalkan secara konsisten.
Apa langka berikutnya jika karakter yang mantap sudah ada dalam diri pemuda? Langkah yang keempat ialah memberikan contoh (teladan) kepada orang lain. Dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara tidak langsung kita memberikan teladan kepada orang lain. Dalam lingkungan keluarga misalnya, hal-hal kecil seperti bersikap sopan santun dan berbicara ramah kepada orangtua merupakan teladan yang baik kepada adik-adik kita. Langkah yang kelima adalah mengajak masyarakat untuk menyadari dan mengembangkan karakter yang baik. Tugas pemuda bukan sekedar duduk belajar di bangku sekolahan tetapi juga menerapkan dan menyebarkan ilmu yang dimilikinya termasuk mengajak dan menggerakkan masyarakat kepada perubahan menuju kebaikan dan perbaikan. Dan tugas pemuda adalah menjadi role model sebagai pengarah generasi.
Tentunya sebagai generasi milenial dibutuhkan sebuah metode dakwah yang baru untuk memudahkan dalam menyampaikan landasan 5M. Dakwah alokatif menjadi sebuah metode yang sangat efektif digunakan untuk pemuda milenial. Dealektika Islam dan peradaban secara khusus direkam dalam dimensi dakwah. Islam tumbuh dengan cara menyebarkan kedamaian, melalui berbagai instrumennya yang sesuai konteks zaman. Termasuk Islam secara univeral diterima karena menjujung tinggi nilai kemanusiaan, menghargai perbedaan, toleransi, kerukunan beragama, dan tidak mendikriminasi apalagi menggunakan kekerasan dalam menebarkan nilai universal Islam. Sejak 15 Abad yang lalu, nilai-nilai tersebut mengalir dalam nadi dan prinsip dakwah Islam, termasuk Islam yang berkemajuan. Prinsip tersebut jika diperas dapat diambil saripatinya ialah keteladanan atau integritas. Dalam nadi dan prinsip dakwah Islam Bekemajuan itulah Peradaban manusia saat ini memasuki fase baru. Fase itu disebut sebagai Revolusi Industri 4.0, yang merupakan capaian baru dari peradaban manusia.
Pemuda milenial harus menyiapkan kompetensi dan komunikasi multimodal. Kompetensi yang harus dimiliki ialah penguasaan terhadap data, teknologi dan manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pada era revolusi industri 4.0.
Dan yang dimaksud dengan penguasa kompetensi tersebut ialah dakwah alokatif pemuda Islam. Dakwah alokatif merupakan arah baru dakwah pemuda Islam di abad internet. Dengan tidak ada batas yang menghalangi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau sebaliknya, antara individu dengan akses yang luas atau tanpa ruang penghalang. Maka relasi informasi, mengharuskan Islam dan nilainya terus terkoneksi dengan pemuda Islam. Melalui media sosial, seperti facebook, twitter, line, instagram, dan lain-lain digunakan untuk mendakwai masyarakat yang tentunya akan terinternalisasi dalam masyarakat baru atau generasi milineal. Sehingga nilai Islam yang mengatur berbagai persoalan secara mendasar dapat memenuhi harapan dari masalah yang dihadapi oleh masyarakat kapitalisme global. Capaian dari proses tersebut sebagai hasil dari produktifitas dakwah. Efesiensi dakwah sendiri penting untuk dipertimbangkan melalui berbagai konten yang ditranmisikan. Bila Islam adalah solusi, maka seluruh nilai harus tercurahkan dan terakomodasi dalam kemasan yang menarik, seperti video, dan inovasi lain, kemudian dibagi di berbagai instrumen teknologi dan media sosial.
Produktifitas dan efesiensi dakwah merupakan layanan Islam untuk umat pada era revolusi industri 4.0. Alokatif dari pemuda Islam harus tampil diruang-ruang maya tersebut. Tidak terlepas juga pemuda milenial harus sedapat mungkin untuk merespon hal yang sama atas kedahagaan umat dalam beragama saat ini.

Sebagai Akhir dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan, sekaligus menyerukan kepada para pemuda Islam, yang tampil diabad ini, untuk berpikir maju mengikuti perkembangan zaman, tanpa harus meninggalkan ‘ortodoksi iman’. Dalam diri pemuda ada semangat yang menyala, kemauan yang kuat, keberanian yang murni, yang akan memberikan spirit melimpah bagi pembangunan peradaban dimasa yang akan datang. Karena itulah pemuda Islam yang berpikir maju harus mengambil hikmah dari perkembangan teknologi informasi ini untuk memperluas dakwah Islam, menyampaikan pesan dakwah dan bukan hanya itu, pemuda Islam harus menjadi bagian penting untuk mengisi perkembangan peradaban, bukan hanya sebagai penikmat, melainkan sebagai pelopor. Demikianlah peran pemuda untuk mewujudkan generasi milenial yang islami melalui landasan 5M dengan media dakwah alokatif.

0 Comments